Selasa, 28 Desember 2010
blogger yang kurang produktif
Karya Wisata Geje :p
Ibunya Nia
4 bulan yang lalu, masih banyak kenangan yang bisa diingat. Kala itu aku masih terbaring di atas kasur rumah sakit. Pusing sekali rasanya. Ternyata ini sudah pagi, sudah jam 9. Seperti biasa aku harus menjalani terapi agar otot2ku lemas. Hampir 5 hari aku tidak gosok gigi. Hiihihihi… maklumlah, gimana mau gosok gigi, untuk berdiri saja rasanya seperti mencium siku tangan sendiri.
Pakde-pakde dari Malang datang. Senang sekali rasanya. Ritual gosok gigi pun dilakukan (halah lebai :p). ihh… malu deh masa gosok gigi aja diliatin bapak, ibu, Dina, pakde, dan terapisku, mbak Peni. Mana gosok gigi sambil duduk, pake baskom pula. Haha :D
Ada tamu datang, katanya dari Banjarnegara. Siapa ya? Aku tidak mengenalnya. Seorang wanita usianya hampir seperti Ibuku, memakai kerudung, senyumnya manis. Ia hanya sendiri.
Ibu itu ternyata memiliki anak yang skoliosis juga, sama sepertiku. Nama anaknya Nia. Seperti apa Nia, aku belum pernah kenal dan belum sempat bertemu. Ibu itu-yang aku sendiri lupa siapa namanya- mendengar kabar bahwa ada anak kembar yang melakukan operasi skoliosis di RSOP Purwokerto, tempat yang sama seperti Nia dulu juga pernah dioperasi, beberapa tahun yang lalu. Anak kembar itu adalah aku dan Dina.
Ibu itu orang yang memiliki hati luas rupanya.
Setelah mendengar kabar itu, dengan segera Ia pergi ke Purwokerto dengan naik bus. Padahal perjalanan Banjarnegara-Purwokerto lumayan melelahkan. Tapi Ia rela, hanya demi berbagi kepada sesama.
Di kamar ini, Ibuku dan Ibunya Nia berbincang2. Ia menceritakan anaknya Nia, dan Ibuku menceritakan aku serta Dina. Ibu itu ikut bersedih, karena Ia tidak bisa membayangkan betapa beratnya memiliki anak kembar yg skoliosis, dan dua2nya harus dioperasi.
Saat aku menoleh ke arah mereka, ternyata mereka sedang menangis. Betapa tersayatnya hati Ibu itu ketika mengetahui bahwa kami bukan dari Pemalang, seperti yang Ia kira. Tetapi dari Malang, Jatim.
“Ya Allah, Bu… saya kira dari Pemalang sini2 aja. Ternyata Malang Jawa Timur? Astaghfirullah…kenapa jauh2 Bu? Saya turut prihatin, Semoga kalian diberi ketegaran ya….” aku lihat ibu itu meneteskan air mata lagi.
*
Sebelum pergi meninggalkan kami, Ibu itu memberi ibuku selembar uang 50 ribu rupiah.
“Maaf mungkin saya cuma bisa bantu ini, Bu. Dina Dini cepet sembuh ya, yang sabar...”
Ibu itu terlalu baik. Betapa besar rasa pedulinya terhadap orang lain. Sebenarnya Ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk kami, karena kehadirannya sudah cukup menghibur, bahkan menyemangati.
Sampai sekarang aku tidak mengetahui nama Ibu yg baik hati itu. Yang aku tahu, anaknya bernama Nia, skolioser dari Banjarnegara. Semoga kelak aku dapat menemuinya :)
Senin, 20 Desember 2010
Salju Gurun [1998]
Di hamparan gurun yang seragam, jangan lagi menjadi butiran pasir. Sekalipun nyaman engkau di tengah impitan sesamamu, tak akan ada yang tahu jika kau melayang hilang.
Di lingkungan gurun yang serba serupa, untuk apa lagi menjadi kaktus. Sekalipun hijau warnamu, engkau tersebar di mana-mana. Tak ada yang menangis rindu jika kau mati layu.
Di lansekap gurun yang mahaluas, lebih baik tidak menjadi oase. Sekalipun rasanya kau sendiri, burung yang tinggi akan melihat kembaranmu di sana-sini.
Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju yang abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar bergerak dua inci.
Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda.
Dewi ‘dee’ Lestari
Filosofi Kopi
Senin, 29 November 2010
buku penuh makna dari manusia-manusia sabar
Jumat, 22 Oktober 2010
Surat Untuk Teman-temanku Tersayang
And cast away all of my loneliness
Always there beside me when I am down
And never left my face with a frown
Reff:
It’s you! Yes, it is you my friend who can make it all come true
It’s you! Yes, it is true a friend in need is a friend indeed
If anyone can fill my world with joy and happiness
And cast away all of my loneliness
Always there beside me when I am down
And never left my face with a frown
Back to Reff
When you’re around I wrap my self in a pearly smile
When you’re around you light the bulb inside my head
When you’re around I wrap my self in a pearly smile
When you’re around I dance and sway and kiss the ground
Back to *, Reff
When you’re around I wrap my self in a pearly smile
When you’re around you light the bulb inside my head
When you’re around I wrap my self in a pearly smile
When you’re around I laugh and sing out strong and loud
Rabu, 29 September 2010
Skoliosis, Keluarga, dan Rasa Syukurku
Sabtu, 25 September 2010
My Surgery
Senin 16 Agustus 2010
“Mbak Dini diambil darahnya dulu ya...”
Hari itu adalah hari2 persiapan menuju sebuah gerbang usaha seorang gadis lemah yg masih manja. Persiapan2 yg dilakukan untuk ‘eksekusi’ tulang belakangku esok hari. Bahkan sebuah selang infus telah menusuk tangan kananku. Agak deg2an juga .... hati ini engga bisa tenang.
“Allah, siapkah aku?”
Ramadhan. Selasa 17 Agustus 2010
Selamat Ulang Tahun Indonesiaku tersayang.... :*
Hari ini tim dokter akan melakukan upacara. Di mana? Tepat di dalam punggungku. Ayo bonbon.... kamu akan di-make over . hehe
Senang...karena Allah telah membuka jalan bagi hambanya yg telah berdoa meminta jalan keluar.
Sedih...karena aku gag bakal tahu apa yg akan terjadi.
Sekali lagi, “Allah...siapkah aku?”
Pagi ini berat badanku dicek. Wow... beratku turun. Dari 50 jadi 48 . hem.....kamu stress ya Din.. Tinggiku kala itu 166 cm (aku inget betul) , kemudian dilanjutkan dengan rekam jantung dan tekanan darah. Ternyata aku cukup sehat :)
Setelah itu aku balik ke kamar. Tiduran..gelisah. Duduk..disuruh tidur. Kebelet pipis...saking groginya. Abis dari WC, eh tau2 ada perawat cowok yg jemput , katanya sih mau rontgen toraks. Yawda deh... aku ngikut.
“Eh sebentar Mbak, saya ambilkan kursi roda dulu.”
Weleh?? Kedua kakiku masih bisa berjalan. Punggungku pun masih kuat. Kenapa disuruh pake kursi roda sih? Tanyaku dalam hati.
“Ini Mbak, biar gak capek.”
Oalaaa.....biar aku gak capek. Yasudah...oke sajalah. Aku duduk sambil memangku cairan infus, menuju ruang radiologi yg letaknya tak jauh dari ruang Atlas, tempatku menjalani rawat inap. Beberapa jam kemudian, suster2 itu kembali menjemputku.
“Ditunggu dr. Iman dan dr.Subhan di ruang praktek ya mbak Dini..”
“Ngapain sus?
“Mau foto..”
Weink...ternyata aku disuruh foto klinis tanpa baju bagian atas. Agak malu juga sih. Jepret...jepretttt beberapa jepretan foto ‘porno’ ku telah diabadikan. Foto ini yg nantinya bakal dijadiin dokumentasi, dan tentunya kenangan akan bentukmu yg lama, Bonbon..
Benda bulat berkaki tiga yg menempel di dinding menunjukkan sekitar pukul 12 siang. 2 jam lagi menuju saat2 mendebarkan dalam hidupku.
1 jam terlewati... sodara2 dari Bapak uda pada ngumpul di sekelilingku. Entah mengapa muka mereka teduh semua. Haru. Akupun menelpon sana-sini, ke kedua kakakku, juga sodara2 yg ada di Malang.
“Dini..yg kuat ya. Apapun yg akan terjadi, pasrahlah. Kita hanya hamba yg lemah...Ingatlah Allah selalu ada dan menjaga kita...Laa ilaaahaila anta, subhanaka, inni kuntu minadzalimin....” itulah yg selalu diajarkan Bapak dan Omku.
Pukul 1 lebih 45 menit...suster Prima, suster Endang dan suster Tutut uda siap2 menjemputku menuju ruang operasi yg jaraknya hanya beberapa langkah dari kamarku. Sesampainya di depan ruang operasi, sempetin berdoa dulu.. Hanya Allah yg Maha Tahu, Dialah yg menguasai segalanya. Setelah berdoa, aku toss dulu sama Dina, salaman dan dicium oleh kedua ortu dan sodara2. Akhirnya ...pintu ditutup.
Allah..aku bahagia hari ini. Kau telah memberi hamba petunjuk. Ku mohon mudahkanlah jalanku, dan mereka yg menanganiku. Lancarkanlah semuanya. Jangan sampai semua ini gagal. Betapa hancurnya hati Bapak dan Ibu jika hal yg tak mereka inginkan bakal terjadi. Aku tak ingin meninggal di meja operasi, dan jika itu terjadi, tutuplah hidupku dengan khusnul khotimah. Aku belum sempat membahagiakan kedua orang tuaku, ampunilah dosa2ku. Yang aku inginkan adalah melihat orang2 yg menyayangiku tersenyum bahagia Ya Allah....aminn.
“Disuntik dulu ya Mbak Dini..”
Aku masih melihat dengan jelas, Bu Kokom, telah menyuntikkan obat bius di infusku. Beberapa saat kemudian...aku merasakan pusing puyengg nyengggg.... lalu...terpejam.
...
...
...
“Dini....Dini uda dioperasi...Dini uda dioperasi...”
Suara itu...suara Bude.
“Laa ilaaahaila anta, subhanaka, inni kuntu minadzalimin. Astaghfirullah...Allahu Akbar.”
Dan itu suara Om....
Suara2 itu...Aku juga mendengar suara bapak, suster2, dan entah siapa saja yg berbicara, ramaiii sekali.. sepertinya baru 5 detik yg lalu aku terpejam. Aku kira ini masih jam 2 siang. Ternyata aku salah, sekarang sudah pukul 7 malam, 5 jam operasi besar telah aku lalui. Dokter menyatakan operasiku sukses, bahkan lebih sukses daripada operasi Dina. Alhamdulillah... sepertinya tadi aku tidak bermimpi apa2, dan tidak tertidur bahkan. Cepat sekali.
Aku menggigil kedinginan, badanku bergetar semua, rasanya ada yg mengganjal di punggungku. Kaku sekali. Spontan aku gerakkan kedua kakiku. Semuanya normal. Alhamdulillah... aku tidak lumpuh Ya Allah. Tenggorokan ini rasanya hausssss sekali. Pengaruh bius total di tubuhku membuatku pusing 7 keliling.
Dibawalah aku ke ruang radiologi. Tubuhku dirontgen untuk mengetahui apakah ada kesalahan pemasangan implant di tubuhku, serta mengetahui berapa derajat koreksi skoliosisku.
Rabu 18 Agustus 2010
Jam menunjukkan pukul 3 pagi. Aku liat bapak sama ibu lagi sahur. Aku dan Dina diletakkan dalam ruang perawatan yg sama. Dina juga uda bangun. Aku belum merasakan sakit apapun. Mungkin karena pengaruh bius yg belum hilang. Cara bicaraku sudah teratur, tidak nglindur. Aku bercerita pada bapak ibu, td di ruang operasi aku sempat mengintip meja berwarna hijau dan lampu operasi yg menyala terang menyilaukan.
Hari berganti hari, pengaruh bius di tubuhku telah hilang. Aku merasakan sakit yg sesungguhnya. Tiap malam menangis, tak kuasa menahan perih dan ngilu di tulang2ku. Rusuk2ku seperti bergerak ingin loncat dari tempatnya. Otot2ku kaku. Tiap jam 12 malam aku terbangun dari tidurku, dan gag bisa tidur lagi. Keringat dingin mengalir dengan derasnya. Kakiku tidak nyaman dalam posisi apapun. Aku amat tersiksa. Setan2 di dalam hati pun ikut meracuni pikiranku. Bacaan2 ayat2 suci yg semula kuucapkan berubah menjadi keluhan. Mengapa kau tak mengambil nyawaku saja Ya Allah? Daripada aku tersiksa menahan penderitaan ini? Aku benar2 tidak kuat, aku menyerah, cukup sudah Ya Allah... cukup sudah. Aku tak ingin merepotkan siapapun. Ambil saja nyawaku Ya Allah...Astaghfirullah.. aku benar2 labil.
Bapak yg sepertinya amat sedih melihatku, selalu berada di samping tempat tidurku. Meskipun aku selalu membangunkan tidurnya, tetapi ia dengan ikhlas menemaniku. Memegang tanganku, dan membacakan doa untukku.
...
Tiba saatnya pemulihan. Belajar miring kanan kiri, duduk, berdiri, dan berjalan. Hal yg dulu amat mudah kulakukan, kini sangatlah sulit. Aku bagaikan bayi yg baru saja belajar mengenal dunia. Bayi tua tepatnya, hehe. Namun bertahap aku bisa melakukannya.
ket : masa2 recovery, disuruh belajar berjalan dan latihan2 lainnya untuk melemaskan otot.
Syukur Alhamdulillah..tak henti2nya aku bersyukur padamu Ya Rab. 25 Agustus 2010 aku sudah diperbolehkan pulang. Walaupun jalanku masih seperti robot, dokter mengijinkan pulang dan memberi obat2 yg harus aku minum.
Terima Kasih Ya Allah, aku tahu Engkaulah Yg Maha Pengasih kpd setiap makhlukMu. Terima kasih Bapak Ibu kalian malaikatku yg selalu ada menjaga dan menyayangiku. Makasi sodara2ku, teman2ku, guru2ku, pacar, dan semua yg slalu kasih semangat dan doa. Untuk dr. Syaifullah Asmiragani, SpOT, Spine terima kasih atas info dan semangatnya, kini kami sadar bahwa di balik kelemahan pasti Allah menciptakan kemudahan dan kelebihan. Terima kasih aku ucapkan kepada dr. Iman Solichin, SpOT, Spine ; dr. Subhan ; dr. Yudhi Gumelar, SpOT ; dr.Hermin ; suster2 ; mbak peni ; mas dewan dan pihak2 Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto (RSOP) yg setia merawat dan menangani saya dan Dina. Mbak Paramitha Nilamsari beserta keluarga dan teman2 Masyarakat Skoliosis Indonesia, mungkin bila tak ada kalian, aku tak akan seberani ini. Dan untuk semua insan di dunia, kekurangan yang kita milikki dapat menjadi kelebihan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Jangan berharap mengganti hidupmu dengan hidup yg lain. Karena hidup kita adalah sebuah anugerah terindah dariNya. Go scolioser goooooo!!!
Selasa, 10 Agustus 2010
I am a brave girl, scolioser .
Minggu, 27 Juni 2010
My best Partner
3 Idiots : Aal izz Well
Pemain : Aamir Khan, R. Madhavan, Sharman Joshi, Kareena Kapoor, Boman Irani, Omi Vaidya
Sutradara : Rajkumar Hirani
Penulis : Abhijat Joshi
Produser : Vidhu Vinod Chopra
Produksi : B.K Films Industries
Idiot! Wushh………kasar men….
Haha. 3 idiots. Satu2nya film India aca aca favorit saya aaa……
Awalnya gak sengaja nemu film ini di laptopnya mbak Hani. Pas liat judulnya, hemb… kayak pernah denger. Hoalaa…. Dulu emang sempet pengen nonton ni film di bioskop. Tapi ga keturutan. Yawdalah aku klik aja tuh film.
Film ini bercerita tentang 3 sahabat yang berteman sejak kuliah, Ranchoddas Chancadd (Aamir Khan), Farhan (R. Madhavan) dan Raju (Sharman Joshi). Diceritakan pada awalnya, Farhan dan Raju mencari kembali Rancho, yang sudah lama menghilang, karena diajak oleh Chatur (Omi), musuh Rancho sejak kuliah. Film ini ceritanya flash back. Selama perjalanan Farhan mengingat masa kuliah mereka bersama Rancho. Susah, sedih, bahagia, gembira telah mereka alami bersama, dan begitu banyak pelajaran hidup yang mereka dapatkan .
Adegan favorit saya adalah saat Rancho dan kawan2nya membantu proses kelahiran kakak Pia—seseorang yang dicintai Rancho—dalam keadaan darurat karena terjebak banjir. Rancho yg memang seseorang yg jenius, berhasil menciptakan alat mirip kop untuk melahirkan bayi.
Adegan favorit yang lain adalah saat Rancho dan Farhan berusaha keras membangkitkan kembali semangat Raju yang sedang koma akibat terjun dari gedung sekolahnya. Raju yang sedang koma akhirnya bisa kembali pulih dan semangatnya tumbuh kembali, bahkan melebihi semangat hidup dan keberanian sebelumnya.
Nuansa Indianya memang masih kental banget, tapi dikemas secara modern, dengan genre komedi, dan pastinya siapapun gak bakalan bosen buat melototin film ini, bahkan saya sempat berulang kali memutar kembali beberapa adegan yg saya anggap menarik. Tapi pastinya masih ada adegan dua sejoli yg nari2 muter2 kayak ikan koi, but it’s very funny.
Banyak pelajaran yang bisa didapet dari film karya Rajkumar Hirani ini. Khususnya bagi kita kaum pelajar, mahasiswa, atau siapapun yang mencari ilmu.
Tak soal berapapun peringkat atau penghargaan yang kita dapat dalam mencari ilmu. Yang terpenting ialah apa manfaatnya bagi kita di kehidupan yang akan datang. Dan belajar adalah ibadah,
Mantra film ini, untuk selalu berpikir positif :
AAL IZZ WELLL……
Rabu, 23 Juni 2010
On the night like this
On the night like this
There is so many things I wanna tell you..
On the night like this
There is so many things I wanna show you..
‘cause when you’re around, I feel safe and warm
‘cause when you’re around, I can fall in love everyday….
in the case like this, there are thousand good reasons..
I want you to stay J
Mocca! Wah… lagi2 lagunya Mocca. Jauh sebelum kunyid datang, aku uda suka banget sama lagu ini. Simple, but is very deep.
Entah kenapa si kunyid tau lagu ini, padahal aku tau, mocca kan bukan dia banget. Bahkan waktu kita jalan2 ke kebun teh tanggal 22 April 2010 ( kalo ga salah), dia sempet nyanyiin dikit buat aku. Uwah……so sweet honey J
Sampe sekarang kalo lagi kangen si mancung Restu, langsung aja deh puter “On the night like this” .
‘cause when you’re around, I feel safe and warm
‘cause when you’re around, I can fall in love everyday….