Selasa, 28 Desember 2010

blogger yang kurang produktif

ternyata saya termasuk blogger yang kurang aktif dan kurang produktif. bisa dilihat sendiri postingan saya dalam setahun sangatlah minim. tidak mencapai 50! haha XD




oke. Tahun 2011 janji bakal lebih rajin nulis, dan tentunya lebih rajin memanfaatkan waktu :)

Karya Wisata Geje :p


Bu Indi.
Hallo ini dia the big mom XI IPS 3 alias IGA SAPI (IPS Tiga Slalu Pas di Hati) wahaha.


Jadi kita kemaren tuh tanggal 21 Desember ada study tour ke Pabrik Sari Roti di kawasan Rembang, Pasuruan. Terus lanjut deh ke pabriknya Indomie. Nih dia nyampe di depan pabrik Sari Roti kita langsung ngemper deh. haha



numpang foto dulu kayak orang gak pernah liat rumput hehe


lumayanlah, pulang2 dapet gratisan roti yang enyag enyag ..


nih dia keisengan Theo bin Abdullah kepada mbak Sri :p


malem sebelum balik pulang, jalan2 dulu ke Surabaya.


Wah bener2 study tour geje.

NB : lagi males cerita, foto juga seadanya. haha

Ibunya Nia

dibuat khusus untuk para Ibu di dunia yang berhati emas.

4 bulan yang lalu, masih banyak kenangan yang bisa diingat. Kala itu aku masih terbaring di atas kasur rumah sakit. Pusing sekali rasanya. Ternyata ini sudah pagi, sudah jam 9. Seperti biasa aku harus menjalani terapi agar otot2ku lemas. Hampir 5 hari aku tidak gosok gigi. Hiihihihi… maklumlah, gimana mau gosok gigi, untuk berdiri saja rasanya seperti mencium siku tangan sendiri.

Pakde-pakde dari Malang datang. Senang sekali rasanya. Ritual gosok gigi pun dilakukan (halah lebai :p). ihh… malu deh masa gosok gigi aja diliatin bapak, ibu, Dina, pakde, dan terapisku, mbak Peni. Mana gosok gigi sambil duduk, pake baskom pula. Haha :D

Ada tamu datang, katanya dari Banjarnegara. Siapa ya? Aku tidak mengenalnya. Seorang wanita usianya hampir seperti Ibuku, memakai kerudung, senyumnya manis. Ia hanya sendiri.

Ibu itu ternyata memiliki anak yang skoliosis juga, sama sepertiku. Nama anaknya Nia. Seperti apa Nia, aku belum pernah kenal dan belum sempat bertemu. Ibu itu-yang aku sendiri lupa siapa namanya- mendengar kabar bahwa ada anak kembar yang melakukan operasi skoliosis di RSOP Purwokerto, tempat yang sama seperti Nia dulu juga pernah dioperasi, beberapa tahun yang lalu. Anak kembar itu adalah aku dan Dina.

Ibu itu orang yang memiliki hati luas rupanya.

Setelah mendengar kabar itu, dengan segera Ia pergi ke Purwokerto dengan naik bus. Padahal perjalanan Banjarnegara-Purwokerto lumayan melelahkan. Tapi Ia rela, hanya demi berbagi kepada sesama.

Di kamar ini, Ibuku dan Ibunya Nia berbincang2. Ia menceritakan anaknya Nia, dan Ibuku menceritakan aku serta Dina. Ibu itu ikut bersedih, karena Ia tidak bisa membayangkan betapa beratnya memiliki anak kembar yg skoliosis, dan dua2nya harus dioperasi.

Saat aku menoleh ke arah mereka, ternyata mereka sedang menangis. Betapa tersayatnya hati Ibu itu ketika mengetahui bahwa kami bukan dari Pemalang, seperti yang Ia kira. Tetapi dari Malang, Jatim.

“Ya Allah, Bu… saya kira dari Pemalang sini2 aja. Ternyata Malang Jawa Timur? Astaghfirullah…kenapa jauh2 Bu? Saya turut prihatin, Semoga kalian diberi ketegaran ya….” aku lihat ibu itu meneteskan air mata lagi.

*

Sebelum pergi meninggalkan kami, Ibu itu memberi ibuku selembar uang 50 ribu rupiah.

“Maaf mungkin saya cuma bisa bantu ini, Bu. Dina Dini cepet sembuh ya, yang sabar...”

Ibu itu terlalu baik. Betapa besar rasa pedulinya terhadap orang lain. Sebenarnya Ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk kami, karena kehadirannya sudah cukup menghibur, bahkan menyemangati.

Sampai sekarang aku tidak mengetahui nama Ibu yg baik hati itu. Yang aku tahu, anaknya bernama Nia, skolioser dari Banjarnegara. Semoga kelak aku dapat menemuinya :)

Senin, 20 Desember 2010

Salju Gurun [1998]

Di hamparan gurun yang seragam, jangan lagi menjadi butiran pasir. Sekalipun nyaman engkau di tengah impitan sesamamu, tak akan ada yang tahu jika kau melayang hilang.

Di lingkungan gurun yang serba serupa, untuk apa lagi menjadi kaktus. Sekalipun hijau warnamu, engkau tersebar di mana-mana. Tak ada yang menangis rindu jika kau mati layu.

Di lansekap gurun yang mahaluas, lebih baik tidak menjadi oase. Sekalipun rasanya kau sendiri, burung yang tinggi akan melihat kembaranmu di sana-sini.

Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju yang abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar bergerak dua inci.

Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda.

Dewi ‘dee’ Lestari

Filosofi Kopi

Senin, 29 November 2010

buku penuh makna dari manusia-manusia sabar



Pasti banyak yang udah pernah baca dua buku di atas.
Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar, dan
Tumbuh di Tengah Badai karya Herniwatty Moechiam .
Isi bukunya sangat layak dijadikan inspirasi. Kedua buku ini memiliki kesamaan, yaitu keikhlasan dan kesabaran tokoh-tokohnya dalam menghadapi cobaan-cobaan dalam hidup.
Tumbuh di Tengah Badai menceritakan tentang ketegaran seorang Ibu yang memiliki anak yang terlahir dengan keterbatasan. Natrio Catra Yososha, sang anak didiagnosis autis, sebuah gangguan perkembangan yang masih asing pada masa itu.
Sedangkan Surat Kecil untuk Tuhan mengulas kehidupan Gita Sesa Wanda Cantika (Keke) semasa hidupnya dengan penyakit kanker jaringan lunak pertama kali di Indonesia. Surat Kecil untuk Tuhan merupakan salah satu buku favorit saya, ada satu tokoh lagi di sini yang membuat saya terkagum dan menangis, yaitu sang ayah yang dengan ikhlas merawat dan menjaga Keke sampai akhir hidupnya.
Dua buku di atas merupakan kisah nyata. Kisah malaikat yang selalu menemani anaknya. Tidak pernah berhenti berdoa. Malaikat yang dengan ikhlas menjalani kehidupan, memberi semangat, dan tidak ingin mengeluh.

Buku yg penuh makna deh pokoknya :')


Jumat, 22 Oktober 2010

Surat Untuk Teman-temanku Tersayang

Halo... bagaimana kabar kalian?
Sebelumnya maaf nih kalo postinganku selalu curhat, curhat, dan curhat. Tapi gimana lagi ya, mungkin hanya dengan cara itulah aku bisa sedikit merasa lega. Bukan untuk diumbar-umbar sih. Kalian boleh tidak membaca postingan ini. Yah...sedikit bertele2 mungkin.
Hidup tanpa teman itu hal yang luar biasa tidak menyenangkan dan sangat hampa. Bahkan lebih hampa dari putus pacar. Hal itulah yang aku alami sekarang. Embb...aku sendiri tidak yakin, sedang dijauhi atau menjauhi teman. Akhir2 ini aku sering stress sendiri. Yah...stres itu mungkin hanya aku aja yang mensugesti diri sendiri untuk stress dan merasa tidak berguna.
Berawal dari 20 September 2010
Hari itu pertama kalinya aku masuk sekolah setelah menjalani masa recovery panjang usai operasi skoli. Aku sangat senang. Sudah satu bulan lamanya meninggalkan sekolah. Aku bakal menagih kata2 teman2 yg bilang kalo mereka kangen. Hehehe baru kali ini banyak yg kangen . Aku juga kangen kalian teman2ku sayang :*
“Dini...aku kangen kamu.”
“Dini...cepet balik ya Sayang...”
“Dini, cepet sembuh. Gak ada kamu sepi.”
“Pengen maen...ayok cepetan pulang!”
Kalian tau betapa bahagianya aku saat kalian ucapkan itu? Aku merasa dihargai,teman.
Tapi sekarang sepertinya ada yg beda. Kalian menjauh. Mungkin kalian tidak merasakan hal itu. Tapi Aku merasakannya. Bukannya mau sok benar atau sok lemah. Tapi itu benar adanya.
Aku sekarang merasa sendiri. Benar2 sendiri. Mungkin kalian gak tahu kalo aku lagi sedih. Iya...aku pandai menyembunyikan perasaan jengkelku. Aku cuma bisa menangis tiap malam tanpa ada yg tahu itu.
Bahkan saat menulis postingan ini, mataku masih berkaca2. Cengeng kan?
Iya. Aku bukan orang yg pandai berteman, karena aku bukan orang yg percaya diri.
Aku tidak pandai berteman, karena aku jarang sekali bergaul dan keluar rumah.
Aku tidak pandai berteman, karena mungkin aku egois. Ya, egois. Kalian bisa lihat kan betapa banyaknya kata ‘aku’ di sini? Hal itu menandakan bahwa aku egois bukan?
Mungkin aku memang egois, aku sadar itu. Aku ingin kehadiranku selalu dihargai. Tapi hal itu salah. Kalian dulu yg selalu ada saat aku sedih, kini uda gak ada lagi.
Bahkan di kelas, temanku cuma itu2 aja. Saat bel istirahat, kalian pergi entah ke mana. Meninggalkan aku yang cuma bisa bengong sendirian. Susah banget memulai pembicaraan. Teman2 ku yang lain juga begitu. Mereka hanya lewat di depanku dan menyapa saja. Tanpa mengajakku pergi bersama. Itupun kalo kalian masih mau menyapa. Tapi aku sangat bersyukur! Aku ingin berteman sama semua orang.
Dari tulisan ini, sifat jelekku kelihatan kan.
Tapi dengarlah teman, aku tau kalian masih mengingatku. Aku senang kalian masih menganggapku, meskipun sering cuek terhadapku. Makasih kalian udah ada dan selalu menyayangiku. Maaf ya, selama ini mungkin aku terlalu pendiam, gak asyik, crunchy, suka jutek. Tapi di balik semua itu aku sangat membutuhkan kalian, sangat butuh. Jangan cuekin aku ya, aku gak mau berjalan sendirian tanpa teman. Aku gak mau kesepian. Ya .
Oh iya... kalo kalian pengen cerita atau curhat, silahkan...dengan senang hati aku akan mendengarkan. Aku seneng kok denger cerita tentang kalian. Tapi hargai keberadaanku ya sahabat. Aku bukan pajangan yg hanya bisa diletakkan tanpa kalian ajak bicara. Oke.
Every body needs a friend.
Semoga kalian tidak pernah melupakanku, karena kita pernah ada dan bersama. Selalu. Aminn .

MOCCA - Friend

* If anyone can fill my world with joy and happiness
And cast away all of my loneliness
Always there beside me when I am down
And never left my face with a frown

Reff:
It’s you! Yes, it is you my friend who can make it all come true
It’s you! Yes, it is true a friend in need is a friend indeed

If anyone can fill my world with joy and happiness
And cast away all of my loneliness
Always there beside me when I am down
And never left my face with a frown

Back to Reff

When you’re around I wrap my self in a pearly smile
When you’re around you light the bulb inside my head
When you’re around I wrap my self in a pearly smile
When you’re around I dance and sway and kiss the ground

Back to *, Reff

When you’re around I wrap my self in a pearly smile
When you’re around you light the bulb inside my head
When you’re around I wrap my self in a pearly smile
When you’re around I laugh and sing out strong and loud

­­­­

Rabu, 29 September 2010

Skoliosis, Keluarga, dan Rasa Syukurku

Alhamdulillahirabbil aalaminn…Tak henti2nya aku mengucap syukur padamu Ya Rabbi, bahkan sampai saat ini rasanya masih seperti mimpi.
Dengan segala ridhoMu kepadaku, kini aku bisa tersenyum kembali saat melihat bayangan itu di cermin. Pinggang dan bahu yg dulunya asimetris, kini hampir kembali seperti saat aku kecil. Punggung yg berpunuk, kini telah rata walau masih ada sedikit sisa. Tulang belakang yang dulunya melengkung sangat curam, kini telah tegak walau tak seluruhnya. Namun itu tak mengapa, segala kesempurnaan hanyalah milik Allah.
Skoliosis ini, telah memberikan banyak pelajaran hidup untukku. Sebelum aku bisa menerima ini semua, tiap hari terpuruk dalam kesedihan. Termenung dalam kekalutan. Aku tak tahu bagaimana masa depanku, hampir saja diri ini menyerah. Tapi kedua malaikatku selalu menghiburku. Mereka yg susah payah membesarkanku, tak ingin melihat diri ini menangis. Rasa putus asa dan merasa tidak berguna slalu saja datang menghampiri. Selalu aku panjatkan doa meminta jalan keluar kepadaMu di tiap sujudku. Alhamdulillah... Engkau memang Maha Mendengar. Setelah sekian lama kami berjalan, Kau bukakan pintu itu Ya Allah.. mimpiku serasa bersinar kembali. Kau telah ciptakan orang2 yg sangat menyayangiku. Bapak, Ibu, Dina, Mba Anja, Mba Hani. Semua keluarga besarku. Teman2 manisku. Semua orang di sekitarku. Mungkin jika mereka bersedih karenaku, betapa tersayatnya hati ini. Dan sekarang kau hadiahkanku hidup yang lebih indah. Aku berjanji akan terus menjaga hadiah ini Ya Allah. Skoliosis, Bonbone, dan Titan. Aku akan tetap menjadi skolioser sepanjang hidupku karena itulah takdirku. Tidak akan pernah ku menyesalinya lagi. Aku berjanji mulai detik ini akan membuat kedua malaikatku tersenyum bahagia, Bapak dan Ibu. I love my scoliosis, I love my family, I love my lovely life and I love Allah.
Oke. Mari tersenyum :)
Go scolioser go !

dari kiri : dr. Subhan, Dini, dr. Iman Solichin, Dina, dan dr. Yudhi.


Hari terakhir kontrol ke RSOP, eh ada mbak Peni.



Silaturrahim ke rumah Mbak Paramita Nilamsari, mbak mita selalu bisa menjadi motivator buat kami.

Sabtu, 25 September 2010

My Surgery

Hai. Aku Dini, sekitar sebulan yg lalu, aku uda buka kartu kan. Kalo sebenernya aku adalah skolioser (penyandang skoliosis). Dokter menyatakan derajat kelengkunganku sudah dalam tahap yg cukup parah, yakni 60 derajat. Dan jalan terbaik yg bisa diusahakan adalah pembedahan, tujuannya adalah mengoreksi tulang belakangku agar derajat kelengkungannya tidak bertambah parah. Setelah melalui berbagai pertimbangan selama satu bulan, kami sekeluarga memutuskan untuk melakukan operasi pada bulan Agustus 2010. Usiaku kini 16 tahun, usia mature untuk melakukan operasi. Saudara kembarku, Dina Nisrina adalah yg pertama menjalani operasi ini pada tanggal 10 Agustus 2010. Allah...tak pernah terbesit sedikitpun di hatiku, kami akan mengalami hal yg luar biasa yg mungkin tak bisa diungkapkan kata2. Hati ini rasanya campur aduk ga karuan. Perih rasanya. Tepat.

Senin 16 Agustus 2010

“Mbak Dini diambil darahnya dulu ya...”

Hari itu adalah hari2 persiapan menuju sebuah gerbang usaha seorang gadis lemah yg masih manja. Persiapan2 yg dilakukan untuk ‘eksekusi’ tulang belakangku esok hari. Bahkan sebuah selang infus telah menusuk tangan kananku. Agak deg2an juga .... hati ini engga bisa tenang.

“Allah, siapkah aku?”

Ramadhan. Selasa 17 Agustus 2010

Selamat Ulang Tahun Indonesiaku tersayang.... :*

Hari ini tim dokter akan melakukan upacara. Di mana? Tepat di dalam punggungku. Ayo bonbon.... kamu akan di-make over . hehe

Senang...karena Allah telah membuka jalan bagi hambanya yg telah berdoa meminta jalan keluar.

Sedih...karena aku gag bakal tahu apa yg akan terjadi.

Sekali lagi, “Allah...siapkah aku?”

Pagi ini berat badanku dicek. Wow... beratku turun. Dari 50 jadi 48 . hem.....kamu stress ya Din.. Tinggiku kala itu 166 cm (aku inget betul) , kemudian dilanjutkan dengan rekam jantung dan tekanan darah. Ternyata aku cukup sehat :)

Setelah itu aku balik ke kamar. Tiduran..gelisah. Duduk..disuruh tidur. Kebelet pipis...saking groginya. Abis dari WC, eh tau2 ada perawat cowok yg jemput , katanya sih mau rontgen toraks. Yawda deh... aku ngikut.

“Eh sebentar Mbak, saya ambilkan kursi roda dulu.”

Weleh?? Kedua kakiku masih bisa berjalan. Punggungku pun masih kuat. Kenapa disuruh pake kursi roda sih? Tanyaku dalam hati.

“Ini Mbak, biar gak capek.”

Oalaaa.....biar aku gak capek. Yasudah...oke sajalah. Aku duduk sambil memangku cairan infus, menuju ruang radiologi yg letaknya tak jauh dari ruang Atlas, tempatku menjalani rawat inap. Beberapa jam kemudian, suster2 itu kembali menjemputku.

ket : rontgen toraks

“Ditunggu dr. Iman dan dr.Subhan di ruang praktek ya mbak Dini..”

“Ngapain sus?

“Mau foto..”

Weink...ternyata aku disuruh foto klinis tanpa baju bagian atas. Agak malu juga sih. Jepret...jepretttt beberapa jepretan foto ‘porno’ ku telah diabadikan. Foto ini yg nantinya bakal dijadiin dokumentasi, dan tentunya kenangan akan bentukmu yg lama, Bonbon..

Benda bulat berkaki tiga yg menempel di dinding menunjukkan sekitar pukul 12 siang. 2 jam lagi menuju saat2 mendebarkan dalam hidupku.

1 jam terlewati... sodara2 dari Bapak uda pada ngumpul di sekelilingku. Entah mengapa muka mereka teduh semua. Haru. Akupun menelpon sana-sini, ke kedua kakakku, juga sodara2 yg ada di Malang.

“Dini..yg kuat ya. Apapun yg akan terjadi, pasrahlah. Kita hanya hamba yg lemah...Ingatlah Allah selalu ada dan menjaga kita...Laa ilaaahaila anta, subhanaka, inni kuntu minadzalimin....” itulah yg selalu diajarkan Bapak dan Omku.

Pukul 1 lebih 45 menit...suster Prima, suster Endang dan suster Tutut uda siap2 menjemputku menuju ruang operasi yg jaraknya hanya beberapa langkah dari kamarku. Sesampainya di depan ruang operasi, sempetin berdoa dulu.. Hanya Allah yg Maha Tahu, Dialah yg menguasai segalanya. Setelah berdoa, aku toss dulu sama Dina, salaman dan dicium oleh kedua ortu dan sodara2. Akhirnya ...pintu ditutup.

ket : Mbak Paramita Nilamsari (penulis Berdamai dengan Skoliosis) beserta keluarganya juga ikut menjenguk.

Allah..aku bahagia hari ini. Kau telah memberi hamba petunjuk. Ku mohon mudahkanlah jalanku, dan mereka yg menanganiku. Lancarkanlah semuanya. Jangan sampai semua ini gagal. Betapa hancurnya hati Bapak dan Ibu jika hal yg tak mereka inginkan bakal terjadi. Aku tak ingin meninggal di meja operasi, dan jika itu terjadi, tutuplah hidupku dengan khusnul khotimah. Aku belum sempat membahagiakan kedua orang tuaku, ampunilah dosa2ku. Yang aku inginkan adalah melihat orang2 yg menyayangiku tersenyum bahagia Ya Allah....aminn.

“Disuntik dulu ya Mbak Dini..”

Aku masih melihat dengan jelas, Bu Kokom, telah menyuntikkan obat bius di infusku. Beberapa saat kemudian...aku merasakan pusing puyengg nyengggg.... lalu...terpejam.

...

...

...

“Dini....Dini uda dioperasi...Dini uda dioperasi...”

Suara itu...suara Bude.

“Laa ilaaahaila anta, subhanaka, inni kuntu minadzalimin. Astaghfirullah...Allahu Akbar.”

Dan itu suara Om....

Suara2 itu...Aku juga mendengar suara bapak, suster2, dan entah siapa saja yg berbicara, ramaiii sekali.. sepertinya baru 5 detik yg lalu aku terpejam. Aku kira ini masih jam 2 siang. Ternyata aku salah, sekarang sudah pukul 7 malam, 5 jam operasi besar telah aku lalui. Dokter menyatakan operasiku sukses, bahkan lebih sukses daripada operasi Dina. Alhamdulillah... sepertinya tadi aku tidak bermimpi apa2, dan tidak tertidur bahkan. Cepat sekali.

Aku menggigil kedinginan, badanku bergetar semua, rasanya ada yg mengganjal di punggungku. Kaku sekali. Spontan aku gerakkan kedua kakiku. Semuanya normal. Alhamdulillah... aku tidak lumpuh Ya Allah. Tenggorokan ini rasanya hausssss sekali. Pengaruh bius total di tubuhku membuatku pusing 7 keliling.

Dibawalah aku ke ruang radiologi. Tubuhku dirontgen untuk mengetahui apakah ada kesalahan pemasangan implant di tubuhku, serta mengetahui berapa derajat koreksi skoliosisku.

Kini derajat kelengkunganku tinggal 11 derajat dari 60 derajat. Koreksi yg memuaskan. Alhamdulillah.

Rabu 18 Agustus 2010

Jam menunjukkan pukul 3 pagi. Aku liat bapak sama ibu lagi sahur. Aku dan Dina diletakkan dalam ruang perawatan yg sama. Dina juga uda bangun. Aku belum merasakan sakit apapun. Mungkin karena pengaruh bius yg belum hilang. Cara bicaraku sudah teratur, tidak nglindur. Aku bercerita pada bapak ibu, td di ruang operasi aku sempat mengintip meja berwarna hijau dan lampu operasi yg menyala terang menyilaukan.

Hari berganti hari, pengaruh bius di tubuhku telah hilang. Aku merasakan sakit yg sesungguhnya. Tiap malam menangis, tak kuasa menahan perih dan ngilu di tulang2ku. Rusuk2ku seperti bergerak ingin loncat dari tempatnya. Otot2ku kaku. Tiap jam 12 malam aku terbangun dari tidurku, dan gag bisa tidur lagi. Keringat dingin mengalir dengan derasnya. Kakiku tidak nyaman dalam posisi apapun. Aku amat tersiksa. Setan2 di dalam hati pun ikut meracuni pikiranku. Bacaan2 ayat2 suci yg semula kuucapkan berubah menjadi keluhan. Mengapa kau tak mengambil nyawaku saja Ya Allah? Daripada aku tersiksa menahan penderitaan ini? Aku benar2 tidak kuat, aku menyerah, cukup sudah Ya Allah... cukup sudah. Aku tak ingin merepotkan siapapun. Ambil saja nyawaku Ya Allah...Astaghfirullah.. aku benar2 labil.

Bapak yg sepertinya amat sedih melihatku, selalu berada di samping tempat tidurku. Meskipun aku selalu membangunkan tidurnya, tetapi ia dengan ikhlas menemaniku. Memegang tanganku, dan membacakan doa untukku.

...

Tiba saatnya pemulihan. Belajar miring kanan kiri, duduk, berdiri, dan berjalan. Hal yg dulu amat mudah kulakukan, kini sangatlah sulit. Aku bagaikan bayi yg baru saja belajar mengenal dunia. Bayi tua tepatnya, hehe. Namun bertahap aku bisa melakukannya.

ket : masa2 recovery, disuruh belajar berjalan dan latihan2 lainnya untuk melemaskan otot.

Syukur Alhamdulillah..tak henti2nya aku bersyukur padamu Ya Rab. 25 Agustus 2010 aku sudah diperbolehkan pulang. Walaupun jalanku masih seperti robot, dokter mengijinkan pulang dan memberi obat2 yg harus aku minum.

Terima Kasih Ya Allah, aku tahu Engkaulah Yg Maha Pengasih kpd setiap makhlukMu. Terima kasih Bapak Ibu kalian malaikatku yg selalu ada menjaga dan menyayangiku. Makasi sodara2ku, teman2ku, guru2ku, pacar, dan semua yg slalu kasih semangat dan doa. Untuk dr. Syaifullah Asmiragani, SpOT, Spine terima kasih atas info dan semangatnya, kini kami sadar bahwa di balik kelemahan pasti Allah menciptakan kemudahan dan kelebihan. Terima kasih aku ucapkan kepada dr. Iman Solichin, SpOT, Spine ; dr. Subhan ; dr. Yudhi Gumelar, SpOT ; dr.Hermin ; suster2 ; mbak peni ; mas dewan dan pihak2 Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto (RSOP) yg setia merawat dan menangani saya dan Dina. Mbak Paramitha Nilamsari beserta keluarga dan teman2 Masyarakat Skoliosis Indonesia, mungkin bila tak ada kalian, aku tak akan seberani ini. Dan untuk semua insan di dunia, kekurangan yang kita milikki dapat menjadi kelebihan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Jangan berharap mengganti hidupmu dengan hidup yg lain. Karena hidup kita adalah sebuah anugerah terindah dariNya. Go scolioser goooooo!!!

Selasa, 10 Agustus 2010

I am a brave girl, scolioser .

Hollaaaaa........wahh uda brapa abad nih blogku gag pernah diisi...hihi.
jujur sih emang aku gag terlalu hobi nulis. itung2 cuma iseng buat ngisi waktu ajaa :)

Akhirnya Kuberanikan Diri. Apa? Apanyaa??

Yeah..... I'm a scolioser.
Aku mempunyai kelainan tulang punggung yang bengkok ke kiri, atau istilah kerennya skoliosis. Udah lama sih sebenernya, sejak kira2 4 tahun yang lalu....
Cerita awalnya kalian bisa baca di blognya Dina Nisrina.
aku ceritain dikit deh.....
waktu itu kelas 6 SD, aku dan Dina--kembaranku, lagi ganti baju. Pas liat di kaca, ada sesuatu yg aneh sama tubuh kita. Ada perbedaan ruang antara lengan tangan kanan dengan badan. Rasanya bolong, alias gag nempel di badan. Beda sama lengan tangan kiri yg nempel sama badanku. Loh kok? apa ini??
Badanku miring.

Suatu saat Dina lagi duduk, aku liat punggungnya kok benjol kayag ada punuknya? Trus kata Mbak Hani , mungkin Dina kena skoliosis.

Aku inget, skoliosis . Dulu pas SD pernah ada pelajaran biologi yang ngomong tentang skoliosis.

kalo gag salah....kayag gitu tuh gambarnyaa...temen2 masih inget gak waktu SD dulu??
Aku kira cuma Dina aja yang kena skoliosis. Ternyata enggak! Aku juga kena! Ya Allah.....
Saat itu yang ada di pikiranku cuma "Bagaimana cara menutupi badanku yg miring biar semua orang gak tahu?"

Andai aku bisa mengulang waktu, mungkin yang akan aku pikirkan adalah "Apa dampak skoliosis buatku?"

namanya juga masih kecil..aku belum berpikir sejauh itu buat mengobati si Bonbon (sebutan buat backbone ku)
Uda lapor ke ortu sih..tapi mereka menganggap, bentuk tubuhku sama Dina emang kayak gitu. Disyukuri aja..katanya.
Iya juga, toh aku juga masih bisa menutupinya.

Tahun demi tahun berlalu...akhirnya mataku mulai terbuka, ternyata Bonbon gak bisa dianggap remeh. Masalahnya, kok pinggang aku makin lama makin miring ya?
akhirnya aku dan Dina browsing internet mengenai skoliosis.

Oh God ! emang bener ini kelainan gak bisa dientengin. Kalo dibiarin terus menerus, derajat skoliosis bakal bertambah kemiringannya. Apalagi bagi yang uda parah, tulang belakang yang bengkok menyebabkan rusuk menekan jantung dan paru2 sehingga akan semakin terdesak dan akhirnya sesak nafas.

Mulai Ambil Langkah ..

Selasa, 6 Juli 2010
Untuk pertama kalinya aku dan Dina pergi memeriksakan Bonbon ke dokter. Dengan ditemani bapak dan ibu, kami ke RS. Lavalette Malang dan menuju dokter spesialis bedah Orthopaedi. Saat itu dokter yg memeriksa bernama dr. Edi, SpOT . Oleh beliau, aku dan Dina divonis Skoliosis. Kita berdua disuruh foto x-ray.
kata beliau, "Gak apa2. Artis2 juga banyak yg kena skoliosis. Tahu Allysa Soebandono kan??"

Hari Kamis 8 Juli 2010
back to dr. Edi, dilihatlah hasil foto x-ray nya dan dr. Edi geleng2 (menandakan ada yg gag beres), menurutnya skoliosis ini uda sangat parah, karena beliau bukan spesialis tulang belakang, maka kami dirujuk ke salah satu temannya yg ahli tulang belakang bernama dr. Syaiful.

Senin, 12 Juli 2010
kami beranjak ke RSI Aisyiah Malang untuk menemui dr. Syaifullah, SpOT, Spine . Beliau orangnya enjoy, ramah, baik deh pokoknya. Di sana hasil rontgenku diukur, dan hasilnya Dina skoliosis 62 derajat dan aku 60 derajat. Astaghfirullah...sudah sebesar itukah Ya Allah? Aku gak pernah nyangka,..
sempet shock juga dengernya ..
dr. Syaiful menawarkan, jalan yg bisa ditempuh cuma operasi dengan tujuan mengkoreksi tulang belakang yg bengkok agar derajatnya tidak bertambah. Tetapi bukan untuk meluruskan.

"Dina Dini uda gabung sama MSI belum? Masyarakat Skoliosis Indonesia?" tanya dr. Ipul.
"Uda Dok, di facebook aja tapi.."

di dalam ruang prakteknya, dr. Ipul memberi kami semangat untuk terus maju dan tidak takut menghadapi Bonbon. Skoliosis adalah anugerah luar biasa yg tidak dimiliki oleh setiap orang. Bahwa pada tiap kelemahan seseorang, Allah memberi kita kelebihan yg tentunya tidak didapatkan orang lain.
Makasi dokter....


Lama sesudah itu, niat untuk operasi sepertinya berat sekali buat kedua ortuku. Mereka gak tega melihat anaknya 'dieksekusi' .Kalo aku sama Dina sih...OK OK saja. yg penting nantinya aku masih bisa tetap sehat. Kalau lumpuh? aku bisa memakai kursi roda. Kalo meninggal? Wallahu a'lam.
Berbagai cara dilakukan ..dan ada satu nih aku pualiiiinggg sebel. Pengobatan alternatif (re : pijat ) . Aduhhh dari rumah aku uda gak yakin mau coba metode ini. Yah dijalanin sajalah.. kan jalan keluar pasti banyak. Bapak Ibu membawa aku dan Dina ke salah seorang kenalan temen Bapak, seorang tukang pijit yg uda terkenal bgd mengobati berbagai macem penyakit (halaaaahhhhh...) . Dan di sana, punggung aku dipijit (re : ditekan ) kencengggggggg bgd. Rasanya kayak disiksa abis. Huh . Bahkan rasa sakit dan ngilu setelah dipijit pun gak ilang2 selama 4 harian .Hrrrr!!

Akhirnya Bapak mendapat informasi kalo di Purwokerto ada sebuah rumah sakit khusus Orthopaedi. Dan...tanggal 1 Agustus 2010 , kami pergi ke sana untuk menemui dr. Iman Solihin, SpOT, Spine .
Di sana aku juga diperiksa punggungnya,disuruh membungkuk, dsb.

Pertimbangan melakukan operasi di Purwokerto karena di sanalah keluarga besarku tinggal. Saya dan keluarga butuh dukungan moral dari keluarga besar di Purwokerto. Akhirnya aku, Dina, Bapak, Ibu, dan Bude Mang sepakat untuk melakukan operasi, karena memang tidak ada jalan lain untuk "menegakkan" si Bonbon.


Minggu, 27 Juni 2010

My best Partner


Aku memang bukan seseorang yg dalam satu tempat dan satu waktu dapat dengan cepat mendapatkan seseorang yg ‘klop’ denganku. Udah satu tahun ini, Alhamdulillah Allah memberiku banyak sekali teman dan sahabat. Jujur, aku sangat bahagia. Salah satu sahabat terbaikku adalah Erni Oktasumala. I always called her with MAMI.
Dia teman sebangkuku. Erni orang yang cerdas, supel, ulet, rajin, cerewet, bawel, selalu menyenangkan meski kadang2 ceplas-ceplos dan menyebalkan. Dia anaknya manis, kemana2 kita selalu bareng, bahkan beli bando2 aja kembaran. Lengkett…kayak perangko (weitsss…saya masih cinta laki2 loh. HA HA )
Kalo masalah pelajaran, kita selalu diskusi, ngerjain semuanya bareng, contek2an, saling berargumen. Masalah curhatpun dia jagonya. Yeah… u’re my best partner. Kadang, gara2 kita punya pendapat yang berbeda, dia seperti jadi saingan buatku. Semester satu kemarin, Alhamdulillah aku dapet peringkat satu di kelas. And then…. Erni jadi runner up nya. Kalo aku tanya soal cita2, dia pengen banget jadi bidan. Dan aku… yang sampai saat ini belum tahu pasti apa kemampuanku, mungkin lebih memilih jadi pekerja kantoran, atau kalo engga pengen buka usaha mandiri atau industri kreatif (hehehe aminn).
Maka dari itu erni sangat ingin masuk jurusan IPA. Ilmu pasti.
Kalo aku? Ilmu Sosial ajalah….
Kalo boleh memilih, sebenernya aku pengen banget masuk IPA. Alasan aku masuk IPS adalah karena selama ini aku tidak bisa menghitung secara cepat, meskipun kadang tepat. Nilei Fisikaku pun 5,6,7, paling banter 7,5 . Nilai IPSku lebih dominan. Yasudalah… itu bukan kemampuanku. Toh, IPS juga menyenangkan.
Kenaikan kelas Erni mendapatkan peringkat pertama dan impiannya tercapai, Eksak. Dan aku sekarang yang jadi runner up nya. Alhamdulillah.. nilaiku tak seburuk bayangan.
Aku sedih banget, uda ga mungkin lagi satu kelas, bahkan satu bangku sama dia. Kita selalu kompak, jalan pikiran selalu sama. Makasi ya uda mau jadi seseorang yang ada di sampingku saat kemanapun aku berjalan. Sahabat susah dicari.
Jangan berjalan di belakangku, karena aku bukan pemimpinmu.
Jangan berjalan di depanku, karena aku tak mau mengikutimu.
Namun berjalanlah di sampingku, karena kamu adalah sahabatku.

3 Idiots : Aal izz Well


Pemain : Aamir Khan, R. Madhavan, Sharman Joshi, Kareena Kapoor, Boman Irani, Omi Vaidya
Sutradara : Rajkumar Hirani
Penulis : Abhijat Joshi
Produser : Vidhu Vinod Chopra
Produksi : B.K Films Industries

Idiot! Wushh………kasar men….

Haha. 3 idiots. Satu2nya film India aca aca favorit saya aaa……

Awalnya gak sengaja nemu film ini di laptopnya mbak Hani. Pas liat judulnya, hemb… kayak pernah denger. Hoalaa…. Dulu emang sempet pengen nonton ni film di bioskop. Tapi ga keturutan. Yawdalah aku klik aja tuh film.

Film ini bercerita tentang 3 sahabat yang berteman sejak kuliah, Ranchoddas Chancadd (Aamir Khan), Farhan (R. Madhavan) dan Raju (Sharman Joshi). Diceritakan pada awalnya, Farhan dan Raju mencari kembali Rancho, yang sudah lama menghilang, karena diajak oleh Chatur (Omi), musuh Rancho sejak kuliah. Film ini ceritanya flash back. Selama perjalanan Farhan mengingat masa kuliah mereka bersama Rancho. Susah, sedih, bahagia, gembira telah mereka alami bersama, dan begitu banyak pelajaran hidup yang mereka dapatkan .

Adegan favorit saya adalah saat Rancho dan kawan2nya membantu proses kelahiran kakak Pia—seseorang yang dicintai Rancho—dalam keadaan darurat karena terjebak banjir. Rancho yg memang seseorang yg jenius, berhasil menciptakan alat mirip kop untuk melahirkan bayi.

Adegan favorit yang lain adalah saat Rancho dan Farhan berusaha keras membangkitkan kembali semangat Raju yang sedang koma akibat terjun dari gedung sekolahnya. Raju yang sedang koma akhirnya bisa kembali pulih dan semangatnya tumbuh kembali, bahkan melebihi semangat hidup dan keberanian sebelumnya.

Nuansa Indianya memang masih kental banget, tapi dikemas secara modern, dengan genre komedi, dan pastinya siapapun gak bakalan bosen buat melototin film ini, bahkan saya sempat berulang kali memutar kembali beberapa adegan yg saya anggap menarik. Tapi pastinya masih ada adegan dua sejoli yg nari2 muter2 kayak ikan koi, but it’s very funny.

Banyak pelajaran yang bisa didapet dari film karya Rajkumar Hirani ini. Khususnya bagi kita kaum pelajar, mahasiswa, atau siapapun yang mencari ilmu.

Tak soal berapapun peringkat atau penghargaan yang kita dapat dalam mencari ilmu. Yang terpenting ialah apa manfaatnya bagi kita di kehidupan yang akan datang. Dan belajar adalah ibadah,

Mantra film ini, untuk selalu berpikir positif :

AAL IZZ WELLL……



Rabu, 23 Juni 2010

On the night like this


On the night like this

There is so many things I wanna tell you..

On the night like this

There is so many things I wanna show you..

‘cause when you’re around, I feel safe and warm

‘cause when you’re around, I can fall in love everyday….

in the case like this, there are thousand good reasons..

I want you to stay J

Mocca! Wah… lagi2 lagunya Mocca. Jauh sebelum kunyid datang, aku uda suka banget sama lagu ini. Simple, but is very deep.

Entah kenapa si kunyid tau lagu ini, padahal aku tau, mocca kan bukan dia banget. Bahkan waktu kita jalan2 ke kebun teh tanggal 22 April 2010 ( kalo ga salah), dia sempet nyanyiin dikit buat aku. Uwah……so sweet honey J

Sampe sekarang kalo lagi kangen si mancung Restu, langsung aja deh puter “On the night like this” .

‘cause when you’re around, I feel safe and warm

‘cause when you’re around, I can fall in love everyday….