Selasa, 28 Desember 2010

blogger yang kurang produktif

ternyata saya termasuk blogger yang kurang aktif dan kurang produktif. bisa dilihat sendiri postingan saya dalam setahun sangatlah minim. tidak mencapai 50! haha XD




oke. Tahun 2011 janji bakal lebih rajin nulis, dan tentunya lebih rajin memanfaatkan waktu :)

Karya Wisata Geje :p


Bu Indi.
Hallo ini dia the big mom XI IPS 3 alias IGA SAPI (IPS Tiga Slalu Pas di Hati) wahaha.


Jadi kita kemaren tuh tanggal 21 Desember ada study tour ke Pabrik Sari Roti di kawasan Rembang, Pasuruan. Terus lanjut deh ke pabriknya Indomie. Nih dia nyampe di depan pabrik Sari Roti kita langsung ngemper deh. haha



numpang foto dulu kayak orang gak pernah liat rumput hehe


lumayanlah, pulang2 dapet gratisan roti yang enyag enyag ..


nih dia keisengan Theo bin Abdullah kepada mbak Sri :p


malem sebelum balik pulang, jalan2 dulu ke Surabaya.


Wah bener2 study tour geje.

NB : lagi males cerita, foto juga seadanya. haha

Ibunya Nia

dibuat khusus untuk para Ibu di dunia yang berhati emas.

4 bulan yang lalu, masih banyak kenangan yang bisa diingat. Kala itu aku masih terbaring di atas kasur rumah sakit. Pusing sekali rasanya. Ternyata ini sudah pagi, sudah jam 9. Seperti biasa aku harus menjalani terapi agar otot2ku lemas. Hampir 5 hari aku tidak gosok gigi. Hiihihihi… maklumlah, gimana mau gosok gigi, untuk berdiri saja rasanya seperti mencium siku tangan sendiri.

Pakde-pakde dari Malang datang. Senang sekali rasanya. Ritual gosok gigi pun dilakukan (halah lebai :p). ihh… malu deh masa gosok gigi aja diliatin bapak, ibu, Dina, pakde, dan terapisku, mbak Peni. Mana gosok gigi sambil duduk, pake baskom pula. Haha :D

Ada tamu datang, katanya dari Banjarnegara. Siapa ya? Aku tidak mengenalnya. Seorang wanita usianya hampir seperti Ibuku, memakai kerudung, senyumnya manis. Ia hanya sendiri.

Ibu itu ternyata memiliki anak yang skoliosis juga, sama sepertiku. Nama anaknya Nia. Seperti apa Nia, aku belum pernah kenal dan belum sempat bertemu. Ibu itu-yang aku sendiri lupa siapa namanya- mendengar kabar bahwa ada anak kembar yang melakukan operasi skoliosis di RSOP Purwokerto, tempat yang sama seperti Nia dulu juga pernah dioperasi, beberapa tahun yang lalu. Anak kembar itu adalah aku dan Dina.

Ibu itu orang yang memiliki hati luas rupanya.

Setelah mendengar kabar itu, dengan segera Ia pergi ke Purwokerto dengan naik bus. Padahal perjalanan Banjarnegara-Purwokerto lumayan melelahkan. Tapi Ia rela, hanya demi berbagi kepada sesama.

Di kamar ini, Ibuku dan Ibunya Nia berbincang2. Ia menceritakan anaknya Nia, dan Ibuku menceritakan aku serta Dina. Ibu itu ikut bersedih, karena Ia tidak bisa membayangkan betapa beratnya memiliki anak kembar yg skoliosis, dan dua2nya harus dioperasi.

Saat aku menoleh ke arah mereka, ternyata mereka sedang menangis. Betapa tersayatnya hati Ibu itu ketika mengetahui bahwa kami bukan dari Pemalang, seperti yang Ia kira. Tetapi dari Malang, Jatim.

“Ya Allah, Bu… saya kira dari Pemalang sini2 aja. Ternyata Malang Jawa Timur? Astaghfirullah…kenapa jauh2 Bu? Saya turut prihatin, Semoga kalian diberi ketegaran ya….” aku lihat ibu itu meneteskan air mata lagi.

*

Sebelum pergi meninggalkan kami, Ibu itu memberi ibuku selembar uang 50 ribu rupiah.

“Maaf mungkin saya cuma bisa bantu ini, Bu. Dina Dini cepet sembuh ya, yang sabar...”

Ibu itu terlalu baik. Betapa besar rasa pedulinya terhadap orang lain. Sebenarnya Ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk kami, karena kehadirannya sudah cukup menghibur, bahkan menyemangati.

Sampai sekarang aku tidak mengetahui nama Ibu yg baik hati itu. Yang aku tahu, anaknya bernama Nia, skolioser dari Banjarnegara. Semoga kelak aku dapat menemuinya :)

Senin, 20 Desember 2010

Salju Gurun [1998]

Di hamparan gurun yang seragam, jangan lagi menjadi butiran pasir. Sekalipun nyaman engkau di tengah impitan sesamamu, tak akan ada yang tahu jika kau melayang hilang.

Di lingkungan gurun yang serba serupa, untuk apa lagi menjadi kaktus. Sekalipun hijau warnamu, engkau tersebar di mana-mana. Tak ada yang menangis rindu jika kau mati layu.

Di lansekap gurun yang mahaluas, lebih baik tidak menjadi oase. Sekalipun rasanya kau sendiri, burung yang tinggi akan melihat kembaranmu di sana-sini.

Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju yang abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar bergerak dua inci.

Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda.

Dewi ‘dee’ Lestari

Filosofi Kopi